Halaman

Rabu, 13 Juni 2012

Everest: hari 8



Mungkin aku sudah menyebutkan AMS berkali-kali tanpa memberikan keterangan jelas mengenainya. AMS atau altitude  mountain sickness adalah gejala yang dialami oleh tubuh seorang trakker atau climber, karena adanya perpindahan tubuh ke tempat yang lebih tinggi secara tiba-tiba ( biasanya perpindahan di atas 500 m), dan tubuh belum bisa menyesuaikan diri. Bahasa kasar dari penyakit ini adalah penyakit "ditolak di ketinggian".

tumbuhan di jalan nyaris tak ada
 Setauku hingga hari ini masih diadakan penelitian mengenai AMS, karena seseorang yang terkena AMS tidak dapat diprediksi sebelumnya. Misalnya begini: seseorang yang rajin olahraga dan memiliki fisik yang atletis pun dapat terkena AMS, tapi orang yang tidak rutin berolahraga juga belum tentu terkena AMS. Korban AMS bisa dibilang random....Bahkan seorang climber yang pernah mendaki gunung di ketinggian 5000 m bisa terkena AMS saat mendaki gunung lainnya hanya di ketinggian 4000 m. Jadi, yang bisa kami percaya hingga saat ini, terkena AMS atau tidak ditentukan oleh bawaan gen yang diwariskan oleh orang tua masing-masing individu.

 AMS memiliki beberapa gejala. Dan seseorang yang terkena AMS bisa mengalami gejala yang berbeda dengan penderita AMS lainnya. Paling tidak, inilah gejalanya:
Pusing di kepala bagian belakang
Tidak nafsu makan Sulit tidur
salah satu rute yang kami lewati
Kesulitan bernapas
Mudah lelah
Kehilangan kontrol terhadap anggota tubuh.
Sakit perut/ mual
Buang kotoran berdarah

 Dalam beberapa hal, AMS menjadi sesuatu yang wajar dialami pendaki dan tidak membahyakan. Namun, Seseorang yang terkena AMS tidak boleh memaksakan diri untuk terus mendaki, karena dapat berakibat fatal: hingga menyebabkan kematian... Namun kecendrungan yang dialami para pendaki di ketinggian adalah ambisi yang berkobar-kobar, hingga mengabaikan gejala-gejala AMS yang timbul. Makanya, selain dari kecelakaan, AMS pun dapat menjadi salah satu penyebab kematian di gunung, karena pendaki terlambat mendapat pertolongan pada waktunya saat AMS memburuk...

berpose sebelum tepar ...xoxo
 Bagian paling menyebalkan dari keseluruhan cerita hari ini adalah: aku terkena AMS! Perpindahan dari Periche ke Lobuche sebenarnya tidak begitu ekstrim, hanya 600 m. Namun mungkin ini terjadi karena oksigen semakin tipis. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat pergerakan tubuhku tidak sesuai dengan keinginan otakku. Aku merasa kakiku sangat lambat berjalan, dan dadaku berkali-kali sesak, sehingga aku harus berhenti berkali-kali untuk mengambil napas. Saat aku terlihat kesusahan, nampaknya guide kami, Kitab, menyadari aku mulai menunjukkan gejala awal AMS. Kitab segera berada di belakang rombongan dan mendampingiku sepanjang perjalanan 7 jam ke Lobuche.

 Sampai di Lobuche, aku sudah berjalan seperti robot. Yang ada di otakku hanyalah tungku pemanas...tungku pemanas....dan tungku pemanas.... Sesampai di lodge tempat kami menginap, tujuanku hanya satu: duduk Di dekat tungku pemanas. aku duduk bagaikan boneka lunglai. Aku merasa ini adalah perjalanan tersulit seumur hidupku. Aku ngga yakin bisa melanjutkan perjalanan lagi besok. Mungkinkah ini adalah 'puncak'ku??? Ohh...God.....tinggal naik 400 m lagi, dan kami akan sampai di EBC....! Haruskah aku berhenti disini??!!

 Malam ini aku tidak bisa menghabiskan makan malamku. Perutku terasa mual. Hari ini aku sudah menelan obat sakit kepala dan obat pengencer darah (diamox). Semoga obatnya bereaksi dengan cepat.... Kitab menyarankan agar besok aku tidak melanjutkan perjalanan ke Gorakshep. AMS menandakan bahwa tubuh kita membutuhkan waktu untuk aklimatisasi (adaptasi terhadap ketinggian). Jika kondisi tubuhku tidak membaik, maka aku harus turun ke Lobuche, dimana tubuhku lebih mudah menyusaikan diri. Ini menyedihkan.... Tetapi,  Kitab menekankan berkali-kali, "life is more important....".

 Ya...ya...ya...aku tau bahwa hidupku lebih penting... Tapi berapa lama aku membutuhkan waktu untuk aklimatisasi??? Aku ngga tau. Dan kali ini aku ngga mau memikirkannya.... Kepalaku pusing....(T_____T)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar