Terimakasih, Tuhan....akhirnya hari ini aku berhasil sampai ke EBC:") Awalnya kami berniat hanya sampai ke gorakshep, dan melanjutkan ke EBC besok. Tapi setelah sampai gorakshep, aku merasa mantap untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya aku menelpon anton via telepon satelit untuk memberitahukan bahwa aku akan mencoba sampai ke EBC hari ini.
|
perkemahan di EBC, ketinggian 5300 dpl |
Saat melewati padang batu, dari kejauhan aku dapat melihat kawasan putih yang terdiri dari bongkahan-bongkahan salju dan kristal es dari danau-danau kecil yang membeku. Itulah EBC.... Ada banyak sekali tenda-tenda berdiri di atasnya; beberapa dari tenda itu adalah tenda ekspedisi tim kami.
EBC terletak di ketinggian 5300an m dpl. Ini adalah batas akhir bagi para pendaki tak berpengalaman seperti aku, karena selanjutnya, pendakian everest akan membutuhkan skill seorang pemanjat gunung es. EBC juga menjadi lokasi tenda-tenda tim ekspedisi dibangun hingga ekspedisi berakhir. Sedangkan di jalur menuju puncak everest sendiri, telah ditentukan 4 lokasi untuk menjadi base/ stop-point I, II, III, IV. Tidak ada bangunan tetap menuju puncak everest, karena evelanche atau runtuhan es dapat terjadi sewaktu-waktu....,dimana pun dan kapan pun, dan dapat mengubur bangunan.
|
sekeliling perkemahan ditutupi es |
Dari jalur start EBC menuju summit, dapat dilihat 2 gunung; yang kiri disebut Lola, yang kanan disebut Nubse. Diantara Lola dan Nubse, ada kawasan yang disebut
khumbu ice fall/ pop corn....mungkin disebut demikian karena bentuknya yang berantakan. Katanya, jalur itu adalah salah satu bagian paling merepotkan untuk dilewati. Setiap musim ekspedisi, akan ada petugas khusus yang akan mengecek kondisi es, termasuk di kawasan khumbu ice fall, dan membuat jalur menuju everest. Mereka disebut "
doctor ice fall". Begitu doctor ice fall selesai bekerja, maka musim pendakian everest harus ditutup.
Kedatanganku dan para guide disambut oleh Anton, Harry, dan kang Hendrikus (manajer base camp tim seven summit indonesia selatan). Sayangnya, di saat yang bersamaan, mereka juga sedang menunggu kedatangan helikopter yang membawa salah satu sherpa kami yang mengalami kecelakaan saat mendaki.
|
landasan heli di EBC |
Kammi Tenzing Sherpa sedang mempersiapkan tenda bagi tim seven summit indonesia di base III pada ketinggian 7300 m, saat tiba-tiba suara gemuruh terdengar. Avalanche besar terjadi tepat di tebing di atas lokasi tenda tim indonesia. Avalanche tersebut menjatuhkan beratus-ratus kilo bongkahan es yang menyapu habis tenda di base III. Empat sherpa tim indonesia terluka, namun kammi mengalami luka serius, sehingga harus dievakuasi segera dengan helikopter.
Sayangnya, helikopter rescue hanya bisa mendarat di base II. Akhirnya para sherpa mengangkut Kammi turun dari lokasi base III yang merupakan tebing dengan kemiringan hampir 70 derajad. Sesampai di base II, Kammi segera dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit di Khundei.
|
korban pendakian biasanya dihantar dari sini |
Ketegangan ternyata belum selesai....Aku mendengar kabar terbaru dari salah satu pendaki, Fajri, melalui saluran radio. Ternyata Kecelakaan tersebut tidak hanya menyebabkan tim indonesia kehilangan tenda, tetapi juga kehilangan beberapa tabung oksigen. Untungnya, tim ekspedisi china bersedia untuk meminjamkan tenda mereka bagi tim indonesia. Tapi tetap saja, tim indonesia tidak dapat bergerak maju hari ini. Rencana tim untuk mencapai summit everest pada tanggal 19 terpaksa diundur menjadi tanggal 20. Padahal, ramalan cuaca menyatakan bahwa pada tanggal 20 cuaca akan cukup berangin. Tapi, mau bagaimana lagi...
Malam ini, untuk pertama kalinya dalam perjalanan ini, aku tidur di tenda. Rasanya seperti punya kamar sendiri....sleeping bag ku hangat, aku suka...^^ dalam hati, aku bersyukur akhirnya sudah mencapai EBC. Semoga malam ini dapat kulalui, dan besok mendengar kabar baik dari para pendaki yang berjuang di atas sana. Semoga semuanya dapat berjalan lancar....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar