Halaman

Senin, 11 Juni 2012

Everest: hari 3


Kami memulai pagi ini dengan sarapan di dalam mobil antaran hotel yang membawa kami menuju airport; roti bakar, 2 telur bulat, buah, dan juice apel....lumayannn...

foto bersama sebelum berangkat ke Lukla
Perjalanan kami dimulai dengan terbang dari khatmandu menuju Lukla dengan pesawat twin otter. Waktu tempuh sekitar 1 jam. Jaman dahulu kala, saat Edmund Hillary memulai ekspedisinya  menuju Everest, perjalanan darat dari Khatmandu menuju Lukla membutuhkan waktu berhari-hari... Aku tidak tau tepatnya...ada berbagai versi yang menyebutkan 7 hingga 14 hari! Yang jelas, medannya sangat sulit. Thank God, kini sudah ada bandara di Lukla yang menghapuskan sebagian dari 'rute edmund' tersebut.

penampakan pegunungan himalaya dari pesawat
Namun bandara lukla adalah bandara yang sangat kecil di ketinggian 2850 m dpl (di atas permukaan laut). Dan....untungnya atau sayangnya, Lukla tercatat sebagai salah satu bandara paling berbahaya di dunia. Panjang landasan pacunya saja hanya 240 m. Itu sebabnya, tidak ada pesawat yang bisa mendarat di lukla, selain pesawat-pesawat kecil dan helikopter. Penerbangan biasanya hanya ada di pagi hari, karena di atas jam 12 siang, cuaca cenderung berubah menjadi mendung atau berkabut. Namun cuaca di pegunungan memang tidak dapat diprediksi. Kami mendengar cerita bahwa pernah terjadi di lukla penuh dengan para pendaki yang ingin pulang ke Khatmandu, namun terhalang oleh cuaca buruk, sehingga mereka menumpuk di Lukla selama seminggu....Uggghhh...semoga itu tidak terjadi pada kami.

Penerbangan menuju lukla tergolong baik. Bagian paling menyenangkan adalah saat melihat lekuk-lekuk pegunungan himalaya dari udara......benar-benar indah! Puncak-puncak bukit dan pegunungan terlihat menonjol diselimuti hijaunya pohon-pohon pinus. Ada ratusan desa dibangun di badan-badan pegunungan; terlihat menyeramkan, namun di saat yang bersamaan, sangat eksotis.. Kami juga melihat puncak2 gunung es dari kejauhan...entah yang mana yang adalah puncak Everest.

bandara Lukla yang sempit dan berbahaya
Namun saat menegangkan terjadi sebelum mendarat. Pesawat kami yang berkapasitas hanya 15 penumpang itu beberapa kali mengurangi ketinggian secara signifikan, sehingga beberapa kali jantung ini rasanya hampir copot saat pesawat bergerak turun....itulah pertanda pesawat akan segera tiba di Lukla. Dan meskipun saat roda pesawat menghantam aspal landasan pacu terasa kasar, namun ternyata pendaratan kami berlangsung mulus dan tidak seseram yang kami bayangkan.....atau setidak-tidaknya nya, tidak seseram yang kubayangkan:)

Dari Lukla, trekking dimulai.... Kami dituntun oleh seorang guide bernama Kitab. Kesan pertamaku, Kitab adalah orang yang ramah. Meskipun bahasa inggrisnya berdialek Nepal, namun mudah dimengerti. Kitab membawa beberapa rekan, salah satunya bernama Purna. Purna tergolong high altitude climber. Itu artinya, purna memiliki spesifikasi skill untuk  menjadi guide juga bagi wisatawan yang ingin mendaki.( tentunya aku tidak tergolong dalam wisatawan tersebut)

Dari Lukla, kami menuju Phakding dengan jarak tempuh 5 jam perjalanan. Aku cukup surprise bahwa jalanan yang kami lalui hanya terdiri dari batu dan tanah dengan ukuran sangat sempit; lebarnya hanya sekitar 1 - 2,5 m. Permukaan jalannya kasar dan naik turun seperti yoyo. Baiklahhhh......setidaknya kini aku mendapat gambaran jalanan seperti apa yang aku lalui hingga 7 hari ke depan.

Ada banyak hal menarik yang aku temui sepanjang jalan menuju Phakding -- lonceng-lonceng, bendera warna- warni, kotoran sapi, tumpukan batu phuja, dan penduduk himalaya sendiri. Sebenarnya aku ingin bercerita sangat banyak....tapi suhu dingin di kamar malam ini sangat mengganggu. Lagipula mata dan tangan ini sudah meminta untuk istirahat. Perjalanan kami besok masih panjang, jadi.....selamat tidur....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar