Halaman

Senin, 23 Juli 2012

Everest: hari 30


Dipendra, sang putra Mahkotta
Hari ini aku puas-puasin mataku untuk memandangi Khatmandu dan jalan-jalannya. Soalnya minggu depan, jangankan menceritakan petualangan selama disini keteman-teman, aku pastinya sudah kembali berkutat dengan liputan dan kemacetan Jakarta yang ngga ada habisnya. Lucu rasanya, tapi setelah dipikir-pikir, aku seaka baru menemukan betapa uniknya Nepal ini….

Nepal, negara yang tanpa laut, karena terkurung daratan di Asia Selatan -- ada China di utara serta India di barat, timur, dan selatan. Penduduknya nampak berjuang menghidupi dirinya sendiri, seakan pemerintah ngga sanggup melindungi mereka. Apakah kisah mereka bisa disamakan dengan kebanyakan negara-negara Afrika yang masuk golongan collapse states?? Entahlah…dari segi pemerintahan mungkin saja, tapi nyatanya penduduknya masih dapat hidup layaknya masyarakat dunia ketiga pada umumnya. Kota tidak dikuasai oleh mafia, tidak ada kisah penyergapan di truk-truk makanan di perbatasan, tidak ada anak di bawah umur yng dipaksa jadi tentara bayaran. Nepal menjadi salah satu negara yang maju dalam bidang pariwisata. Bayangkan, kami para turis tetap menikmati suasana wisata di Nepal meskipun sesungguhnya iklim politik negra ini sangat tidak sehat.

pemakaman keluarga Raja
Awalnya, Nepal berstatus protektorat setelah dikalahkan Inggris pada perang di tahun 1815. Kemerdekaan Nepal diakui Inggris pada tahun 1923 (lebih lama dari Indonesia, donk…). Namun tahun 1990, Nepal menjadi negara monarki konstitusional. Tetapi euphoria demokrasi yang terjdi di awal 90an telah melanda seluruh dunia, tidak terkecuali masyarakat Nepal. Dan karena tidak bisa membendung semangat demokrasi, raja akhirnya setuju membentuk parlemen multi partai. Tahun 1996 muncul gerakan maois (dari partai komunis Nepal) yang menawarkan menggantikan sistem parlementer kerajaan dengan republik sosialis rakyat, namun dengan cara kekerasan. Munculah perang saudara pemberontakan bersenjata yang menyebabkan korban 12000 orang.

masyarakat yg berduka saat keluarga Raja dibunuh
Peristiwa tragis sekaligus sangat menentukan terjadi pada 1 juni 2001. Terjadi pembantaian keluarga kerajaan. Raja Birendra, Ratu Aiswarya, putra mahkota Dipendra dan 7 anggota kerajaan lain dibunuh. Hingga hari ini, pelaku pembantaian masih menjadi misteri. Cerita yang beredar menyatakan pembantaian dilakukan oleh putra mahkota Dipendra yang marah besar dan menggila, karena calon istrinya tidak disetujui oleh Ratu Aiswarya, dan setealh menembak keluarganya Dipendra pun bunuh diri. Namun banyak pula masyarakat Nepal yang mergukan kisah ini, karena mengenal sosok Dipendra sebagai orang yang bersahaja dan calon pemimpin mereka di masa mendatang. Setelah pembantaian, Gyanendra ( saudara Birendra yang lolos dari pembantaian karena sedang ada di luar negeri) mewarisi tahta.

Royal Palace di malam hari
Gerakan demokrasi terus bergulir. Pada 2006, gerakan demokrasi ngga terbendung memaksa raja untuk melepaskan kekuasaan berdaulat kepada rakyat. Dibentuklah semacam DPR yang akhirnya sepakat membatasi kekuasaaan raja, menjadikan Nepal sebagai negara sekuler dan bukan lagi kerajaan Hindu. Saat itu, berakhir sudah kisah Nepal sebagai satu-satunya kerajaan Hindu di dunia. Pada 28 mei 2008, diputuskan untuk membentuk pemerintahan baru, Nepal menjadi republic federal yang sekuler. Yang paling tragis sebagai keputusan kisah ini adalah raja diberi waktu 3 hari untuk mengosongkan narayanhiti royal palace, yang menjadi tempat tinggal keluarga raja selama ini di Khatmandu!!!! Bo…raja diusir dari rumahnya sendiri, bo…!! Sekarang istana raja itu  jadi museum yang terbuka untuk umum, menyedihkan sekali….



keluarga Raja Nepal kini tinggal kenangan..


Aku menghirup udara dalam-dalam sambil menatap langit senja yang mulai datang. Kulihat kesibukan pedagang masih terlihat di ruko-ruko Thamel. Adakah kenangan tentang nsib keluarga raja hinggap di benak mereka? Apakah mereka menganggapnya sebagai pengalamn traumatis, ataukah mereka adalah salah satu pendukung gerakan maoisyang memang menginginkan bubarnya keluarga raja? Entahlah….mungkin bahkan mereka ngga peduli dengan apa yang terjadi….karena mereka sibuk berjuang untuk mereka sendiri….karena mereka hidup di suatu negara dengan pemerintah yang tak berdaya…



sumber foto: google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar