Halaman

Senin, 23 Juli 2012

Everest: hari 29


Nampaknya hari ini menjadi hari perburuan oleh-oleh. Dari pagi sampai malam kami hanya memutari pertokoan di Thamel. Sebenarnya aku sama sekali ngga keberatan melakukannya. Tapi godaan untuk berbelanja disana terlalu tinggi -- bahkan di saat kau berjanji tidak akan mengeluarkan se peser pun uang lagi, kau akan tetap mengeluarkannya. Aku pun harus menyiasatinya dengan meninggalkan sejumlah uang di hotel, dan hanya membawa sedikit di dompet...
Ngomong-ngomong tentang berburu oleh-oleh, aku sebenarnya agak bingung dengan selera teman-teman seperjalananku yang semuanya adalah laki-laki ini. Mereka sangat suka membeli kukri sebagai oleh-oleh. Meskipun aku akhirnya juga ikut-ikutan membelinya, aku ngga mengerti kenapa setiap dari mereka bisa membeli lebih dari 3 kukri, hingga membeli kukri ukuran jumbo yang dapat kau sandingkan dengan pedang Tessaiga-nya Inuyasha.

Menjelaskan kukri itu seperti apa, ya…??? Kukri, kadang dieja kukuri atau khukri, adalah senjata yang dimiliki oleh warga laki-laki Nepal. Dalam masyarakat tradisional, laki-laki membawa kukri selalu bersamanya -- entah untuk berladang, menyabit tanaman liar di hutan, atau bahkan melindungi diri dari penjahat atau binatang. Kan dulunya orang Nepal banyaknya berladang….Tapi, entah bagaimana cerita detailnya, kukri juga dibawa oleh resimen gurkha (tentara bayaran yang dibentuk oleh Inggris di darah himalaya) sebagai salah satu senjata andalan. Semasa zaman kolonial sewaktu terjadi Perang di Nepal, Inggris membentuk pasukan Gurkha bekerja untuk East India Company di India dan British Army. Istilahnya jadi tentara bayaran gitu deh… Mereka digaji layaknya tentara Inggris. unit sendiri dengan nama Brigade of Gurkha. Gurkha terkenal dengan kemampuan berperangnya yang alamiah, agresif di medan pertempuran, tidak takut mati, loyalitas yang tinggi, tahan dalam berbagai medan, fisik yang kuat dan pekerja keras. Sehingga Gurkha begitu disegani oleh kawan, ditakuti oleh lawan.(latar belakang kisah ini pun ada sejarahnya lagi….panjang bangettt….). Nahhh salah satu kisah bagaimana para Gurkha sangat memfungsikan kukri adalah Sewaktu PD II di front pertempuran Tunisia (Afrika Utara). Saat itu, pasukan Gurkha yang sudah kehabisan amunisi justru membuang senapan-senapan, berlarian naik ke atas tank-tank Jerman di tengah-tengah hujan peluru dan menggorok tentara Jerman dengan senjata tradisional mereka, khukri.

Menurut mitos, jika gurkha menghunus sebuah kukri, maka kukri tersebut harus minum darah (membunuh sesuatu) sebelum disarungkan....Bahkan kisah lainnya menceritakan tentang gurkha yang membantai tentara Jepang pada PD II dengan kukri ato membantai Taliban di Afganistan....agak menyeramkan, ya... Tetapi mungkin itulah sebabnya para gurkha sangat bangga dengan kukri mereka.

Bagaimana bentuk kukri? Gagangnya dibuat dari kayu tebal dan berat. Ada juga yang pake gading. Pisaunya dibuat dari baja karbon dengan kerapatan tinggi. Jadi kemungkinan untuk patah teramat sangat kecil. Tapi kalo nebas....beghhh... (ngga bisa dideskripsikan..)

Mungkin semua penuturan di atas yang ngebuat cowo-cowo ngefans berat sama kukri. Tapi pertimbanganku adalah...pertama, kukri itu berat. Jadi ada kemungkinan kami bisa over baggage karena kukri (mengingat bawaan peralatan gunung kami aj udah banyak banget…). Kedua, harganya termasuk mahal untuk oleh-oleh. Seandainya ngotot mau beli, pastinya Cuma buat orang-orang tertentu doank….ngga bias beli buat temen-temen….bisa tekor. Ketiga, kemungkinan bakal ngga lolos di pemeriksaan bandara. Tau sendiri, kan…kebijakan di tiap banadra tuh beda-beda. Meskipun dah tau itu oleh-oleh khas negaranya sendiri mungkin, tetep aja nanti bisa mendasarkan pada rule ini-itu…

Tapi sayang juga, ya…dah jauh-jauh ke Nepal…masa’ g punya kukri barang satu. Ya udah, deh…akhirnya jadi beli 2yang sebenarnya cukup buat motong daging di dapur…

sumber foto: google



Tidak ada komentar:

Posting Komentar