Halaman

Jumat, 12 Juli 2013

360: KRISIS AIR

Antara senang, bangga, tidak percaya, kaget...semua berampur jadi satu saat mengetahui liputan 360 berjudul “Krisis Air” meraih penghargaan MH Thamrin PWI Jakarta. Bukannya tidak pernah berharap liputan itu akan menang (setiap orang pasti berharap karyanya jadi yang terbaik, khan...). Tapi kalau mengingat berbagai kesulitan yang menyertai liputan ini, rasanya jadi pengen terharu (T_T)

Idenya datang dari produser saya, Indra Marpaung. Dia menanyakan apakah saya pernah membayangkan darimana asalnya air yang saya pakai untuk mandi di hotel-hotel atau cuci tangan di toilet mall-mall. Dan saat dia bilang itu adalah air daur ulang dari semua air yang dipakai pengunjung di mall/ hotel itu, rasanya jijik sekali.... ngga pengen menebak itu air bekas digunakan apa aja oleh orang-orang yang memakainya sebelumnya. Sulit dipercaya, tapi kenyataannya sistem itu adalah sistem terbaik dan terefisien untuk saat ini – dan telah diterapkan di banyak gedung modern di seluruh penjuru dunia.


Daur ulang air di salah satu gedung di Jakarta.

Pertanyaannya adalah mengapa sistem tersebut harus berlaku?

Kamis, 20 Juni 2013

360: PENJEJAK PUNCAK DUNIA



Salah satu momen puncak yang mereka abadikan...(tapi ini pas di gunung apa, ya?)

Mengerjakan liputan ini bagaikan nostalgia bagi saya. Setelah satu tahun tidak berjumpa dengan para pendaki Wanadri  -- baik dengan para pendaki senior, maupun juga para pendaki 7 summits – saya berkesempatan untuk meliput mereka kembali. 

Bertemu dengan mereka hari itu, di Bandung, mengingatkan saya kembali pada perjalanan kami di Himalaya, Mei 2012 lalu. Saat itu, saya dan Anton (cameraman) meliput upaya pendakian mereka di Everest. Para pendaki terbagi dalam 2 tim, yaitu tim Utara (berangkat dari Tibet, China) dan tim selatan (berangkat dari Nepal). Meskipun dalam misi tahun itu tim selatan gagal (Ardhesir dan Fajri), namun tim utara (Huda dan Kwecheng) berhasil untuk mencapai puncak dan mengibarkan bendera pada pukul 07.49 menurut waktu Tibet, China

Tahun ini, saya kembali bertemu untuk mengucapkan selamat kepada 2 pendaki yang kembali berhasil mencapai Everest pada 24 Mei lalu, melengkapi rangkaian pendakian 7 gunung tertinggi dunia yang mereka daki. Kali ini Martin dan Fajri yang berhasil melakukannya

Bertemu dengan para pendaki seven summit dan pembina mereka (Remi Tjahari dan Dedi Setiadi), jujur saja, membuat saya merindukan Himalaya. Jika para pendaki ini merindukan puncak2nya, maka saya merindukan suasana kekeluargaan dan warga desa-desa di pegunungan itu.


Kamis, 13 Juni 2013

360: THE JUPITER

Mereka menamakan diri sebagai Jupiter. Dari mana asal nama itu? Seseorang pernah membisikkan pada saya, mengaku “Jupiter” bukanlah istilah yang muluk-muluk -- hanya berupa singkatan dari “Juru terbang PInTER” (come on...it can’t be that simple...:D). Akhirnya nama Jupiter menjadi semacam panggilan bagi para penerbang yang mengajar di Lanud Adi Sucipto.


aksi Jupiter di angkasa

Hati saya tergetar melihat aksi mereka di langit bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Enam buah pesawat propeler beraksi dengan berbagai formasi, rata-rata dengan jarak yang sangat dekat – hanya selisih 4 meter antara pesawat 1 dengan yang lainnya.

Formasi rumit, berbahaya, namun indah memukau mata itu, bukannya disiapkan dalam waktu singkat. Setidaknya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan atraksi tersebut. Terlebih jelang penampilan mereka di Langkawi, Malaysia, atraksi yang disebut aerobatik itu dilatih hampir setiap hari.

apakah anda melihat tanda-tanda kelelahan???

Selama beberapa hari mendalami tentang Jupiter, membuat saya tertawa di dalam hati – karena melihat hal-hal kontradiktif yang terjadi.

Minggu, 05 Mei 2013

Jakarta dan Amsterdam, Serupa tapi ‘tak Sama

Ada apa sebenarnya antara Jakarta dan Amsterdam? Percaya atau tidak, ternyata dua kota yang terpisah sejauh 11.377 km ini memiliki banyak persamaan, lho… Tapi entah mengapa, hasilnya jauh berbeda…

Sama-sama di Bawah Permukaan Laut

“Tuhan menciptakan seluruh muka bumi kecuali Belanda. Karena Belanda diciptakan oleh orang Belanda sendiri” – Pepatah Belanda


Fakta bahwa Jakarta dan Amsterdam lebih rendah posisinya dari permukaan laut dianggap sebagai ‘kenyataan pahit’, terutama saat musim hujan ataupun kala air laut pasang/ rob terjadi. 
Makanya, jangan heran saat melihat parahnya banjir yang melanda Jakarta di awal tahun ini...



Banjir Jakarta 27 Januari 2013. Tidak ada kawasan yang luput…termasuk pusat kota Jakarta, Bundaran HI
Bagaimanapun juga, muncul pertanyaan di benak saya, 

“Mengapa hal ini ngga terjadi di Amsterdam, ya?”


Kamis, 18 April 2013

360: PEMBUNUH SENYAP

Tidak banyak testimoni saya mengenai penggarapan topik “Pembunuh Senyap”, yang tidak lain adalah penyakit jantung dan stroke. Mungkin dua kata bisa mewakili perasaan tim kami yang menggarapnya: terkejut dan ketakutan. Mengapa? Karena pola hidup wartawan sangat memungkinkan kami menjadi korban selanjutnya dari 2 penyakit ini – doyan kerja lebur, kurang olahraga, makan ngga teratur, doyan ngemil yang berpengawet, dan.....rokok. Menggarap topik ini, terutama di proses transkrip dan editing, membuat hati rada ngga tenang, hehehehe....

Mungkin perasaan kami mewakili banyak orang di negeri yang masih rendah kesadarannya akan pola hidup sehat. Menurut dokter jantung, stroke, dan psikoloh yang menjadi narasumber dalam topik ini, masyarakat Indonesia kesadaran sehatnya itu baru muncul kalau sudah sakit. Jadi kalau belum jatuh sakit, terhitung kategori “baik2 saja”. Itu juga mungkin yang jadi penyebab banyak orang di masyarakat kita yang belum sadar pentingnya punya asuransi kesehatan...

Well..yahh...semoga beberapa potong wawancara kami dengan salah satu narasumber – Dr. Idris Idham, spesialis jantung di Harapan Kita – menimbulkan kesadaran kita bahwa memang lebih baik mencegah daripada mengobati....:)


360: ANAK DAN TEHNOLOGI



Gavin -- salah satu anak yang saya kenal -- sangat akrab dengan gadget

Penggarapan ide “Anak dan Tehnologi” muncul dari produser saya di acara 360. Jujur saja, awalnya ngga terlalu tertarik. Memangnya ada apa dengan anak2 yang sekarang bisa mengoperasikan smartphone dan buka internet? Toh...anak2 sekarang emang generasi gadget – mereka melek tehnologi. (Jadi ingat klo dulu pas masih kecil, saya masih main masak2an, barbie, atau ‘olahraga’ lapangan seperti main lompat karet dan benteng...)

Tapi saat fokus topik ini dibawa ke ranah narkoba dan pornografi...jujur...kaget banget. Betapa anak2 sudah dirusak dengan penyalahgunaan fasilitas internet. Sebelumnya, saya ngga pernah membayangkan anak2 mengenal transaksi narkoba via internet...dan ngga pernah terpikir bahwa pengetahuan seks anak SD sudah sangat update ‘berkat’ internet. Pertanyaannya, siapa yang memberitahu mereka tentang keberadaan situs2 tersebut?

Awalnya orang tua membekali blackberry atau smartphone ke anak2 mereka untuk memudahkan komunikasi, tanya PR ke teman, minta antar-jemput sekolah, dll. Fenomena model gini emang lebih banyak terjadi di kota2 besar sihhh...orang tuanya pada sibuk semua....Siapa yang sangka kalau fasilitas BBM, chat, dan sejenisnya digunakan untuk dagang narkoba??!! Dan cara yang sama digunakan untuk broadcast video porno?

Rabu, 17 April 2013

360: MR. CRACK DARI TIMUR

Sebelumnya tidak terpikir oleh saya untuk membuat liputan semacam ‘biografi’ Habibie – presiden ketiga RI. Namun saat mengerjakan acara 360 dengan topik “Dirgantara Anak Negeri”, nama Habibie muncul disana. Pencapaian industri dirgantara di negeri ini – yang pernah berkibar di era 1980-1990an -- mau tidak mau akan terhubung pada dirinya.

Sayangnya (atau untungnya), hingga last minute penggarapan topik “Dirgantara Anak Negeri “ memasuki proses editing, wawancara dengan Habibie tidak kunjung saya dapatkan. Dia memang sangat sibuk bahkan sempat sakit, sehingga jadwal wawancara yang sudah disepakati sempat batal. Akhirnya, alur cerita topik tersebut sedikit diubah. Narasumber diganti dengan anak Habibie – Ilham Habibie yang kini merintis Regio Aviasi Industry (RAI).

Wawancara dengan Habibie akhirnya tidak dipikirkan lagi – hingga telpon dari ajudan habibie datang. Habibie menyatakan bersedia di wawancara 1 minggu kemudian...

Antara senang, bingung, dan deg2an. Senang, karena akhirnya mendapatkan kesempatan langka itu. Bingung, karena topik yang kami maksud sudah finish dan siap untuk ditayangkan. Deg2an? Itu lebih karena faktor merasa khawatir, cemas, meragukan kemampuan diri, dll....kurang beralasan memang...hehehehe...



film Habibie & Ainun yang menguras air mata penonton...

Tapi – harus diakui – saat mendengar nama “Habibie”, anak2 muda saat ini tidak akan langsung menghubungkannya dengan industri pesawat ataupun posisinya sebagai presiden di awal era reformasi. Mereka hanya mengenal Habibie melalui kisah cinta di film Habibie Ainun...ngga lebih dari itu – entah karena faktor kisah yang menyentuh, atau karena Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari sebagai tokoh di film itu yang emang kece2=D....

Akhirnya saya bertekad untuk mem pelajarinya dengan seksama.... Apa yang membuat Habibie kembali ke Indonesia? Apa yang menyebabkan ia optimis untuk mengubah indonesia yang berjulukan negara agraris , menjadi negara yang menghasilkan produk high tech seperti pesawat terbang? Bagaimana dengan istilah “habibie anak emas Soeharto”? Bagaimana perasaannya saat IPTN terpaksa ditutup saat krisis moneter? Apa yang dia lakukan selama menjadi presiden ! tahun 5 bulan? Apa mimpinya selanjutnya?




Habibie menjalankan tugas sebagai presiden di masa transisi

Sore itu, saat wawancara dengan Habibie berlangsung, saya merasakan perasaan yang tidak banyak terjadi dengan banyak narasumber yang pernah saya temui. Agak sulit menjelaskannya dengan kata2...tetapi saya merasa “sangat diterima” untuk mewawancarai sesosok tokoh Habibie -- si penemu Teori Retakan Pesawat yang kini diadaptasi oleh seluruh penerbangan dunia dan diajarkan di berbagai universitas tehnik. Bahkan pertanyaan2 berbau kritik terhadap dirinya pribadi dan proyek yang pernah ia garap tetap dijawab.....Kau harus tau tidak banyak orang – terutama generasi orba – bersedia diwawancara dengan cara demikian

Semua hal yang membuat saya kagum bukan berarti membuat saya menjadi seorang pro Habibie dan menutup telinga terhadap pendapat yang bersebrangan. Muncul beberapa pendapat dari kalangan lainnya seperti:

Coba kamu sebutkan apa sih prestasi Habibie? Apa bedanya dia sama Megawati?